|
Download Buku Politik Identitas: Dalam Perspektif Al-Qur`An dan Teori Modern PDF |
Download Buku Politik Identitas: Dalam Perspektif Al-Qur`An dan Teori Modern PDF - Baru-baru ini, kita sering mendengar tentang penelitian politik yang fokus pada identitas, terutama dalam konteks Muslim sebagai kelompok mayoritas di Indonesia. Beberapa penelitian menyarankan bahwa politik identitas dapat mengganggu proses demokratisasi. Namun, ada penelitian baru dari Eman Sulaeman yang menggunakan perspektif yang jarang digunakan sebelumnya, yang menghasilkan temuan yang menarik. Dalam penelitiannya, Eman Sulaeman meneliti ayat-ayat Al-Qur'an yang terkait dengan politik identitas. Dengan pendekatan ini, penelitian tersebut menguatkan hubungan antara Al-Qur'an dan isu-isu politik kontemporer. Lebih dari itu, penelitian ini juga mencoba untuk melihat Al-Qur'an sebagai dasar etis dalam menanggapi masalah-masalah politik saat ini. Penelitian dalam buku ini layak diapresiasi dan kemungkinan akan memicu penelitian-penelitian kritis lebih lanjut.
Politik Aliran sebenarnya adalah istilah netral yang menggambarkan afiliasi politik dengan satu kelompok berdasarkan kesamaan latar belakang, baik itu agama, ras, atau ideologi. Namun, dalam diskusi politik belakangan ini, terutama setelah Pilkada DKI 2017, istilah ini telah diberi konotasi negatif. Hal ini sering kali digunakan untuk merendahkan umat Islam. Jika umat Islam memilih pemimpin berdasarkan agama mereka, itu disebut Politik Aliran. Namun, jika pilihannya tidak Islam, maka itu dianggap bukan Politik Aliran. Begitu sederhananya.
Sinopsis Buku Politik Identitas: Dalam Perspektif Al-Qur`An dan Teori Modern PDF
Agama dapat menjadi bagian penting dari identitas seseorang. Asal kata "agama" dari bahasa Latin yang berarti "mengikat." Agama tidak hanya tentang keyakinan, tetapi juga tentang keterlibatan dalam ritual yang terorganisir. Meskipun agama dan politik sebenarnya adalah dua hal yang berbeda dan memiliki wilayahnya masing-masing, di Indonesia, kedua hal ini seringkali menjadi perbincangan hangat karena dimanfaatkan sebagai politik identitas untuk menarik dukungan, terutama dari mayoritas penduduk yang beragama Islam.
Dalam konteks politik, istilah "Politik Aliran" sebenarnya bersifat netral. Ini merujuk pada afiliasi politik seseorang dengan kelompok yang memiliki kesamaan latar belakang, baik itu agama, ras, maupun ideologi. Namun, belakangan istilah ini sering digunakan dengan konotasi negatif, terutama setelah Pilkada DKI 2017, dimana istilah tersebut seringkali digunakan untuk mencemooh umat Islam. Ketika umat Islam memilih pemimpin berdasarkan agama mereka, itu disebut Politik Aliran. Namun, jika pilihan mereka bukan Islam, maka tindakan tersebut dianggap bukan Politik Aliran. Begitu sederhananya.
Sebuah buku membahas tentang fenomena politik identitas yang kini semakin populer sebagai strategi politik untuk mendapatkan dukungan yang lebih besar. Dalam konteks ini, agama seringkali dijadikan sebagai alat untuk memperoleh kekuasaan politik. Dengan mengelaborasi lebih lanjut artikel ini, kita dapat mengeksplorasi bagaimana politik identitas memengaruhi dinamika politik dan masyarakat dalam skala yang lebih luas.
Salah satu aspek penting yang perlu dipahami adalah bagaimana agama memengaruhi perilaku politik seseorang. Keyakinan dan nilai-nilai agama sering kali menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan politik. Misalnya, dalam pemilihan pemimpin atau mendukung kebijakan tertentu, individu cenderung mempertimbangkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dianut dalam agama mereka. Ini dapat mengarah pada polarisasi politik di mana kelompok yang berbeda memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang isu-isu tertentu, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai agama.
Selain itu, politik identitas juga mencakup gagasan tentang solidaritas kelompok. Ketika individu mengidentifikasi diri mereka dengan kelompok agama tertentu, mereka cenderung merasa lebih dekat dan saling mendukung satu sama lain. Hal ini dapat mempengaruhi cara mereka berpartisipasi dalam kegiatan politik, seperti memberikan dukungan kepada calon pemimpin yang dianggap mewakili nilai-nilai dan kepentingan kelompok agama mereka.
Namun, politik identitas juga dapat menjadi sumber konflik dan ketegangan dalam masyarakat. Ketika agama digunakan sebagai alat untuk memperoleh kekuasaan atau menggalang dukungan politik, hal itu dapat memicu persaingan antarkelompok yang intens. Hal ini terutama berlaku dalam konteks masyarakat multikultural seperti Indonesia, di mana beragam agama dan kepercayaan hidup berdampingan.
Penting untuk diingat bahwa politik identitas tidak selalu berkaitan dengan agama. Identitas politik juga bisa didasarkan pada faktor-faktor lain, seperti ras, etnisitas, atau bahkan orientasi seksual. Namun, dalam konteks Indonesia, agama seringkali menjadi salah satu identitas politik yang paling dominan dan berpengaruh.
Selain itu, dalam situasi di mana politik identitas didorong oleh pertentangan antaragama, risiko konflik antaragama pun meningkat. Kontroversi dan konflik seringkali muncul ketika satu kelompok agama merasa diuntungkan secara politik sementara kelompok lainnya merasa terpinggirkan atau diskriminasi. Ini dapat mengancam stabilitas sosial dan politik suatu negara.
Namun demikian, politik identitas juga dapat menjadi alat untuk memperjuangkan hak-hak dan kepentingan kelompok yang terpinggirkan. Dalam beberapa kasus, gerakan politik yang didasarkan pada identitas agama telah berhasil menggalang dukungan untuk perubahan sosial yang positif, seperti melawan diskriminasi atau mengadvokasi hak-hak minoritas.
Selain itu, penting untuk diingat bahwa agama tidak selalu menjadi faktor utama dalam politik identitas seseorang. Individu dapat mengidentifikasi diri mereka dengan berbagai kelompok politik berdasarkan faktor-faktor lain, seperti ideologi atau kepentingan ekonomi. Oleh karena itu, sementara agama dapat menjadi aspek penting dari identitas seseorang, hal itu tidak selalu menentukan pandangan politik mereka secara keseluruhan.
Dalam konteks Indonesia, politik identitas yang berbasis agama telah menjadi semakin dominan dalam beberapa tahun terakhir. Partai politik dan tokoh-tokoh politik sering menggunakan retorika agama untuk mendapatkan dukungan, terutama dari pemilih muslim yang mayoritas di negara ini. Fenomena ini menjadi semakin mencolok setelah Pilkada DKI 2017, di mana isu agama menjadi salah satu fokus utama dalam kampanye politik.
Namun demikian, ada juga upaya untuk menentang politik identitas yang berbasis agama. Beberapa kelompok masyarakat dan aktivis telah menyerukan untuk memisahkan agama dari urusan politik dan mendorong dialog antarkelompok yang lebih inklusif. Mereka berargumen bahwa politik identitas yang berbasis agama hanya akan memperdalam perpecahan dan konflik dalam masyarakat, sementara mengabaikan isu-isu yang lebih mendesak seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, dan korupsi.
Secara keseluruhan, politik identitas yang berbasis agama memiliki dampak yang kompleks dan beragam dalam masyarakat. Sementara dapat menjadi sumber solidaritas dan kekuatan bagi kelompok yang terpinggirkan, juga dapat memicu konflik dan polarisasi yang merugikan. Oleh karena itu, penting untuk memahami dinamika politik.
Identitas Buku Politik Identitas: Dalam Perspektif Al-Qur`An dan Teori Modern PDF
Buku "Politik Identitas Dalam Perspektif Al-Qur'an dan Teori Modern" yang ditulis oleh Eman Sulaeman dan diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar. Ukurannya 24 x 15.5 x 1 cm dengan cover berjenis Soft Cover dan menggunakan jenis kertas HVS. Buku ini memiliki tebal 263 halaman dan beratnya sekitar 380 gram. ISBN bukunya adalah 9789795929949.
Download Buku Politik Identitas: Dalam Perspektif Al-Qur`An dan Teori Modern PDF
Berikut ini link Download Buku Politik Identitas: Dalam Perspektif Al-Qur`An dan Teori Modern PDF yang bisa kamu baca secara gratis, untuk linknya silahkan klik di dini.
Nah, itulah buku pdf Buku Politik Identitas: Dalam Perspektif Al-Qur`An dan Teori Modern yang bisa kami infokan pada kalian semua, selamat membaca!