|
Download Buku Menolak Matinya Intelektualisme PDF |
Download Buku Menolak Matinya Intelektualisme PDF - AE Priyono (1958-2020) adalah sosok yang konsisten dalam menyuarakan isu-isu publik dan mengisi ruang publik dengan pemikirannya. Namun, pertanyaannya, apakah konsep "publik" masih relevan dalam konteks demokrasi Indonesia saat ini? Ataukah yang ada hanyalah demagog yang memburu keinginan dan ambisi pribadi?
Dalam buku "Republic" karya Plato, terdapat dialog antara Socrates dengan Adeimantus yang membahas siapa yang seharusnya mengendalikan kapal dalam pelayaran di lautan. Apakah seorang kapten yang terlatih dan berpengalaman, ataukah sembarang orang? Adeimantus jelas memilih yang terakhir, yakni seorang kapten yang berkompeten. Namun, Socrates kemudian menanyakan mengapa kita membiarkan siapa pun bisa mengurus negara, mirip dengan mengendalikan kapal.
Socrates kemudian melanjutkan analoginya dengan bertanya apa yang akan terjadi jika kapten kapal dipilih berdasarkan kekayaan, sementara kapten yang lebih kompeten ditolak karena miskin. Jawabannya, tentu saja, kapal akan tenggelam. Hal yang sama berlaku dalam konteks memilih pemimpin negara. Dialog ini menggambarkan kekhawatiran filosof Barat terhadap demokrasi, bahwa hak pilih yang diberikan kepada semua orang bisa berakhir dengan pemilihan yang buruk, dan bahwa massa cenderung memilih pemimpin berdasarkan kepuasan pribadi, bukan berdasarkan pengetahuan dan kebijaksanaan.
Sejarah membuktikan kekhawatiran ini. Demokrasi telah melahirkan monster, seperti Hitler, yang memanfaatkan populisme dan nasionalisme untuk meraih kekuasaan. Begitu berkuasa, Hitler menerapkan rezim otoriter yang mengerikan. Bahkan, demokrasi liberal Barat pun kini menunjukkan gejala dominasi oleh segelintir orang superkaya. Para calon pejabat publik di Amerika, misalnya, sebenarnya diseleksi oleh superdonor kampanye politisi sebelum akhirnya dipilih oleh mayoritas rakyat.
Dengan demikian, politisi harus memikat segelintir orang kaya tersebut untuk mendapatkan dukungan finansial yang diperlukan untuk kampanye politik mereka. Tanpa dukungan ini, politisi mungkin tidak akan bisa mencalonkan diri karena tidak mampu membiayai kampanye mereka. Akibatnya, demokrasi tidak lagi mewakili mayoritas rakyat, seperti yang selama ini diyakini.
Di Indonesia pun, gejala serupa terlihat. Analis dari Amerika dan Australia menilai bahwa demokrasi Indonesia mengalami kemunduran di masa pemerintahan Joko Widodo. Namun, sebelum mereka menyampaikan pendapat mereka, AE Priyono sudah melihat potensi kemunduran tersebut lima tahun sebelumnya. Dalam berbagai tulisannya, Priyono menggambarkan kekhawatirannya tentang kemunduran demokrasi di Indonesia.
Buku "Matinya Intelektualisme: Jejak dan Perjalanan Pemikiran AE Priyono" merupakan kumpulan tulisan yang mencerminkan kekhawatiran Priyono terhadap kemunduran dan bahkan kerusakan demokrasi di Indonesia. Buku ini diterbitkan oleh Mizan bekerja sama dengan sejumlah lembaga, termasuk Public Virtue Institute, Publik Baru, Kurawal Foundation, dan Universitas Islam Indonesia, pada Agustus 2020. Tujuannya adalah untuk mengenang Priyono sebagai seorang aktivis, editor, dan peneliti yang memperhatikan perkembangan demokrasi di Indonesia, terutama dalam konteks gerakan Islam yang menjadi titik awal pemikirannya.
Sinopsis Buku Menolak Matinya Intelektualisme PDF
Buku ini mengulas perjalanan dan pemikiran A.E. Priyono seputar Islam, HAM, dan demokrasi. Bagi para cendekiawan Indonesia yang tertarik dengan kajian keislaman, HAM, dan demokrasi, A.E. Priyono adalah sosok yang sangat berpengaruh. Ia memperkenalkan buku-buku penting dalam ketiga bidang kajian tersebut melalui terjemahan dan penyuntingannya. Selain itu, ia juga dikenal sebagai peneliti dan intelektual yang memiliki integritas tinggi sepanjang hidupnya.
Buku ini merupakan salah satu dari dwilogi yang lainnya, yaitu "Pergulatan Intelektual Membela Demokrasi: Setangkai Kesaksian Sosok A.E. Priyono". Buku ini mengangkat berbagai tema menarik, seperti Sketsa Duka, Geliat Awal Intelektualisme, Migrasi Titian ke Panggung Nasional, Kembali ke Akar, dan Dinamika Demos Pasca-Orde Baru.
Pendiri MAARIF Institute, Ahmad Syafii Maarif, memberikan penghargaan kepada A.E. Priyono atas dedikasinya dalam dunia intelektualisme. Menurutnya, A.E. Priyono selalu bekerja dengan sungguh-sungguh dan tanggung jawab yang tinggi.
Dr. Tamrin Amal Tomagola, seorang sosiolog dari Public Virtue Institute, menekankan bahwa A.E. Priyono menolak gagasan bahwa intelektualisme publik telah mati. Kisah perjalanan A.E. Priyono menjadi cermin bagi para generasi intelektual muda di era saat ini.
Buku ini memberikan wawasan yang mendalam tentang berbagai topik politik, termasuk esai-esai yang ditulis oleh A.E. Priyono. Dengan terbitnya buku ini, pembaca dapat memahami perjalanan dan pemikiran A.E. Priyono serta kontribusinya dalam memperjuangkan nilai-nilai demokrasi dan HAM di Indonesia.
Secara keseluruhan, buku ini adalah sumbangan berharga bagi dunia intelektual Indonesia. Dengan menggali pemikiran dan perjuangan A.E. Priyono, pembaca dapat memperluas wawasan mereka tentang politik dan masyarakat di Indonesia.
Dalam buku ini, A.E. Priyono menyampaikan pemikirannya tentang Islam, HAM, dan demokrasi dengan tajam dan kritis. Ia menolak adanya penindasan terhadap hak-hak asasi manusia dan memperjuangkan keadilan bagi semua orang.
Buku ini juga mencakup ekspos dari Usman Hamid, yang membahas berbagai isu politik kontemporer. Dengan gaya penulisan yang lugas dan analisis yang mendalam, Usman Hamid memberikan pandangan yang segar tentang dinamika politik di Indonesia.
Mizan Publishing dengan bangga menerbitkan buku ini, yang diharapkan dapat menjadi bahan bacaan penting bagi siapa pun yang tertarik dengan politik dan perjuangan hak asasi manusia. Dengan membaca buku ini, pembaca dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang berbagai isu politik dan sosial yang sedang berkembang di Indonesia.
Penting untuk dicatat bahwa buku ini bukan hanya sekadar kumpulan esai, tetapi juga merupakan bukti nyata dari dedikasi A.E. Priyono dalam memperjuangkan nilai-nilai demokrasi dan HAM. Melalui tulisannya, ia berusaha menyampaikan pesan-pesan penting tentang pentingnya menjaga kebebasan berpikir dan berekspresi dalam masyarakat.
Buku ini juga memberikan ruang bagi para pemikir muda untuk merenungkan dan mempertimbangkan pandangan mereka sendiri tentang politik dan masyarakat. Dengan membaca pemikiran A.E. Priyono, pembaca dapat memperoleh inspirasi dan motivasi untuk terlibat dalam perjuangan memperjuangkan nilai-nilai demokrasi dan HAM di Indonesia.
Kisah perjuangan A.E. Priyono juga menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang yang ingin berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan demokratis. Melalui buku ini, Mizan Publishing berhar
Identitas Buku Menolak Matinya Intelektualisme PDF
Buku ini merupakan karya M. Ham, yang diterbitkan oleh Mizan Anggota IKAPI di Jakarta Selatan pada tahun 2020. Dengan tebal 365 halaman dan ukuran 24 cm, buku ini ditulis dalam bahasa Indonesia dan memiliki nomor ISBN 978-602-441-174-9.
Dalam klasifikasi, buku ini masuk ke dalam nomor 920.05, yang merujuk pada jejak perjalanan dan pemikiran, serta intelektualisme. Fokus utama dari buku ini adalah mengulas tentang A.E. Priyono, seorang intelektual yang memiliki kontribusi besar dalam berbagai bidang.
Meskipun tidak ada informasi spesifik mengenai konten buku ini, namun dapat diasumsikan bahwa buku ini memberikan gambaran tentang perjalanan dan pemikiran A.E. Priyono, serta relevansi dan refleksi atas karya dan pandangannya.
Pada bagian tanggung jawab, tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai siapa yang bertanggung jawab atas buku ini.
Download Buku Menolak Matinya Intelektualisme PDF
Berikut ini link Download Buku Menolak Matinya Intelektualisme PDF yang bisa kamu baca secara gratis, untuk linknya silahkan klik di dini.
Nah, itulah buku pdf Menolak Matinya Intelektualisme yang bisa kami infokan pada kalian semua, selamat membaca!